Selasa, 13 November 2012

RINITIS NON ALERGI


RINITIS NON ALERGI


A.    Pengertian
Rinitis Non-Alergika adalah suatu peradangan pada selaput lendir Hidung tanpa latar belakang alergi.
            

B.     Etiologi
Rhinitis non allergi disebabkan oleh : infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif.

C.    Jenis
Jenis-jenis rinitis non-alergika:
1.      Rinitis Infeksiosa
Rinitis infeksiosa biasanya disebabkan oleh infeksi pada saluran pernafasan bagian atas, baik oleh bakteri maupun virus.
2.      Rinitis Non-Alergika Dengan Sindroma Eosinofilia
Penyakit ini diduga berhubungan dengan kelainan metabolisme prostaglandin.
Pada hasil pemeriksaan apus hidung penderitanya, ditemukan eosinofil sebanyak 10-20%.
Gejalanya berupa hidung tersumbat, bersin, hidung meler, hidung terasa gatal dan penurunan fungsi indera penciuman (hiposmia).
3.      Rinitis Okupasional
Gejala-gejala rinitis hanya timbul di tempat penderita bekerja.
Gejala-gejala rinitis biasanya terjadi akibat menghirup bahan-bahan iritan (misalnya debu kayu, bahan kimia).
Penderita juga sering mengalami
Asma karena pekerjaan.
4.      Rinitis Hormonal
Beberapa penderita mengalami gejala rinitis pada saat terjadi gangguan keseimbangan hormon (misalnya selama kehamilan, hipotiroid, pubertas, pemakaian pil KB).
Estrogen diduga menyebabkan peningkatan kadar asam hialuronat di selaput hidung.
Gejala rinitis pada kehamilan biasanya mulai timbul pada bulan kedua, terus berlangsung selama kehamilan dan akan menghilang pada saat persalinan tiba.
Gejala utamanya adalah hidung tersumbat dan hidung meler.
5.      Rinitis Karena Obat-obatan
Obat-obatan yang berhubungan dengan terjadinya rinitis adalah:
- ACE inhibitor
- reserpin
- guanetidin
- fentolamin
- metildopa
- beta-bloker
- klorpromazin
- gabapentin
- penisilamin
- aspirin
- obat
Anti peradangan non-steroid
- kokain
- estrogen eksogen
- pil KB.
6.      Rinitis Gustatorius
Rinitis gustatorius terjadi setelah mengkonsumsi makanan tertentu, terutama makanan yang panas dan pedas.
7.       Rinitis Vasomotor
Rinitis vasomotor diyakini merupakan akibat dari terganggunya keseimbangan sistem parasimpatis dan simpatis. Parasimpatis menjadi lebih dominan sehingga terjadi pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah di hidung. Gejala yang timbul berupa hidung tersumbat, bersin-bersin dan hidung meler.
Gejala biasanya dipicu oleh:
-
Cuaca dingin
- bau yang menyengat
- stres
- bahan iritan.

Berdasarkan penyebabnya, rhinitis non alergi di golongkan sebagai berikut :

1.      Rinitis Vasomotor
a.       Pengertian
Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis

b.      Etiologi
Belum diketahui, diduga akibat gangguan keseimbangan vasomotor. Keseimbangn vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal :
1)      Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti: ergotamin, klorpromazin, obat antihipertensi, dan obat vasokontriktor lokal.
2)       Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin, kelembapan udara yang tinggi, dan bau yang merangsang
3)      Faktor endokrin, seperti : kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme
4)      Faktor psikis, seperti : cemas dan tegang ( kapita selekta)


c.       Manifestasi klinis
Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung pada posisi pasien. Terdapat rinorea yang mukus atau serosa, kadang agak banyak. Jarang disertai bersin, dan tidak disertai gatal di mata. Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya.

Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan obstruksi dan rinorea. Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, dapat pula pucat. Permukaannya dapat licin atau berbenjol. Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Namun pada golgongan rinorea, sekret yang ditemukan biasanya serosa dan dalam jumlah banyak. ( kapita)

d.      Patofisiologi
Rangsangan saraf parasimpatis akan menyebabkan terlepasnya asetilkolin, sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah dalm konka serta meningkatkan permiabilitas kapiler dan sekresi kelenjar, sedangkan rangsangan sraaf simpatis mengakibatkan sebaliknya.( kapita)

e.       Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaaan untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi. Kadang ditemukan juga eosinofil pada sekret kulit tetapi jumlahnya sedikit. Tes kulit biasnya negatif.

f.       Penatalaksanaan
Di cari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor dan disingkirkan kemungkinana rhinitis alergi. Terapi bervariasi, tergantung faktor penyebab dan gejala yang menonjol. Secara umum terbagi atas :
1)      Menghindari penyebab
2)      Pengobatan simtomatis, dengan obat dekongestan oral dan kortikosteroid topikal
3)      Operasi, dengan bedah beku, elektrokauter, atau konkotomi konka inferior
4)      Neurektomi nervus vidianus sebagai saraf otonom mukosa hidung, jika cara-cara di atas tidak berhasil. Operasinya tidak mudah dan komplikasinya cukup berat. (kapita )

g.      Pengobatan
Pengobatan Rinitis Vasomotor bervariasi, tergantung kepada faktor penyebab dan gejala yang menonjol. Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam:
1)      Menghindari penyebab / pencetus ( Avoidance therapy )
2)      Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) :
Dekongestan atau obat simpatomimetik digunakan untuk mengurangi keluhan hidung tersumbat. Contohnya: Pseudoephedrine dan Phenylpropanolamine (oral) serta Phenylephrine dan Oxymetazoline (semprot hidung ).
Anti histamin : paling baik untuk golongan rinore.
Kortikosteroid topikal mengurangi keluhan hidung tersumbat, rinore dan bersin-bersin dengan menekan respon inflamasi lokal yang disebabkan oleh mediator vasoaktif. Biasanya digunakan paling sedikit selama 1 atau 2 minggu sebelum dicapai hasil yang memuaskan. Contoh steroid topikal : Budesonide, Fluticasone, Flunisolide atau Beclomethasone
Anti kolinergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan utamanya.Contoh : Ipratropium bromide ( nasal spray )
3)      Terapi operatif ( dilakukan bila pengobatan konservatif gagal ) :
Kauterisasi konka yang hipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau triklorasetat pekat ( chemical cautery ) maupun secara elektrik (electrical cautery).
Diatermi submukosa konka inferior (submucosal diathermy of the inferior turbinate )
Bedah beku konka inferior ( cryosurgery )
Reseksi konka parsial atau total (partial or total turbinate resection)
Turbinektomi dengan laser ( laser turbinectomy )
Neurektomi n. vidianus ( vidian neurectomy )

2.      Rinitis medikamentosa
a.       Pengertian
Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap. Dapat dikatakan hal ini disebabkan oleh pemakaian obat yang berlebihan (Drug Abuse).

b.      Gejala dan Tanda
Penderita mengeluh hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. Pada pemeriksaan konka dengan secret hidung yang berlebihan. Apabila diuji dengan adrenalin, adema konka tidak berkurang.

c.       Terapi
1.      Hentikan pemakaian obat tetes dan sempror hidung.
2.       Untuk mengatasi sunbatan berulang, beri kortikosteroit secara penurunan bertahab dengan menurunkan dosis 5 mg setiap hari.(misalnya hari 1: 40 mg, hari 2: 35 mg dan seterusnya).
3.      Obat dekongestan oral (biasanya mengandung pseudoefredin). Apabila dengan cara ini tak ada perbaikan setelah 3 minggu pasien dirujuk ke dokter THT.

3.      Rhinitis Atrofi
a.       Pengertian
Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya atrofi progesif tulang dan mukosa konka. Secara klinis, mukosa hidung menghasilkan secret kental dan cepat mengering, sehingga terbentuk krusta berbau busuk. Sering mengenai masyarakat dengan tingkat social ekonomi lemah dan lingkungan buruk. Lebih sering mengenai wanita, terutama pada usia pubertas.

b.      Etiologi
Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.

c.       Tanda dan Gejala

1)      Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
2)       Hidung tersumbat.
3)      Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
4)      Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
5)      Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.

d.      Pathofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).

e.       Penatalaksanaan Medis

1)      Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan allergen penyebab
2)      Pengobatan, penggunaan obat antihistamin H-1 adalah obat yang sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rhinitis alergi atau dengan kombinasi dekongestan oral. Obat Kortikosteroid dipilih jika gejala utama sumbatan hidung akibat repon fase lambat tidak berhasil diatasi oleh obat lain
3)       Tindakan Operasi (konkotomi) dilakukan jika tidak berhasil dengan cara diatas
4)      Penggunaan Imunoterapi.


D.    Gejala
1.      Kongesti nasal
2.      Rabas nasal (purulent dengan rhinitis bakterialis)
3.      Gatal pada nasal
4.      Bersin-bersin
5.      Sakit kepala

Gejala yang khas untuk rinitis adalah:
1.      hidung terasa gatal
2.      hidung meler
3.      hidung tersumbat.
Ciri khas dari rinitis infeksiosa adalah lendir hidung yang bernanah, yang disertai dengan nyeri dan tekanan pada wajah, penurunan fungsi indera penciuman serta batuk.

E.     Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil tes kulit alergen yang negatif (tidak ditemukan IgE).

F.     Pengobatan
Pengobatan rinitis non-alergika berdasarkan penyebabnya:
1.      Infeksi karena virus biasanya akan membaik dengan sendirinya dalam waktu 7-10 hari; sedangkan infeksi bakteri memerlukan terapi antibiotik.
2.      Untuk status hipotiroid perbatasan, bisa diberikan ekstrak tiroid.
3.      Rinitis karena kehamilan biasanya akan berakhir pada saat persalinan tiba
4.       Untuk mengatasi rinitis akibat pil KB sebaiknya pemakaian pil KB dikurangi atau diganti dengan kontrasepsi lainnya.
Obat-obatan yang bisa diberikan untuk meringankan gejala rinitis:
1.       Obat tetes hidung yang mengandung corticosteroid (untuk mengurangi peradangan)
2.      Obat tetes hidung yang mengandung simpatomimetik (untuk mengurangi pembengkakan dan penyumbatan hidung).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar