Jumat, 16 November 2012

penyakit jantung reumatik


PEMBAHASAN

A.      Definisi Penyakit Jantung Reumatik
  Penyakit Jantung Reumatik adalah Penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali. Demam reumatik akut merupakan penyakit yang terjadi sesudah infeksi streptococcus beta hemolyticus grup A seperti tonsilitis, faringitis atau otitis media (Kapita Selekta Kedokteran edisi 2).
 Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam reumatik. Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik(DR).
Dibawah usia 4 tahun dan penduduk di atas 50 tahun.
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran.
B.       Etiologi
  Penyakit jantung reumatik (PJR) merupakan komplikasi yang membahayakan dari demam reumatik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), yang bisa menyebabkan demam reumatik. Kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari insufisiensi katup, gagal jantung, perikarditis bahkan kematian. Dengan penyakit jantung reumatik yang kronik, pada pasien bisa terjadi stenosis katup dengan derajat regurgitasi yang berbeda-beda, dilatasi atrium, aritmia dan disfungsi ventrikel. Penyakit jantung reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup mitral dan penggantian katup pada orang dewasa di Amerika Serikat.

C.      Tanda dan Gejala
        Demam reumatik akut ditandai oleh demam berkepanjangan, jantung berdebar keras, kadang cepat lelah. Puncak insiden demam rematik terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun, penyakit ini jarang dijumpai pada anak
       Gambaran klinis umumnya dimulai dengan demam remiten yang tidak melebihi 39o C atau artritis yang timbul setelah 2 sampai 3 minggu setelah infeksi. Demam dapat berlangsung berkali-kali dengan tanda-tanda umum berupa malaise, astenia dan penurunan berat badan. Sakit persendian dapat berupa atralgia yaitu nyeri persendian dengan tanda-tanda panas, merah, bengkak atau nyeri tekan dan keterbatasan gerak.
Atritis pada demam reumatik dapat mengenai beberapa sendi secara bergantian. Manifestasi lain berupa pankarditis (endokarditis, miokarditis dan perikarditis), nodul subkutan, eritema marginatum, korea dan nyeri abdomen.




D.      Patofisiologi
Menurut hipotesa Kaplan dkk (1960) dan Zabriskie (1966), DR terjadi karena terdapatnya proses autoimun atau antigenic similarity antara jaringan tubuh manusia dan antigen somatic streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A maka terhadap antigen asing ini segera terbentuk reaksi imunologik yaitu antibody. Karena sifat antigen ini sama maka antibody tersebut akan menyerang juga komponen jaringan tubuh dalam hal ini sarcolemma myocardial dengan akibat terdapatnya antibody terhadap jaringan jantung dalam serum penderiat DR dan jaringan myocard yang rusak. Salah satu toxin yang mungkin berperanan dalam kejadian DR ialah stretolysin titer 0, suatu produk extraseluler Streptococcus beta-hemolyticus grup A yang dikenal bersifat toxik terhadap jaringan myocard.
Beberapa di antara berbagai antigen somatic streptococcal menetap untuk waktu singkat dan yang lain lagi untuk waktu yang cukup lama. Serum imunologlobulin akan meningkat pada penderita sesudah mendapat radang streptococcal terutama Ig G dan A.
E.       Pemeriksaan Penunjang
a.        Pemeriksaan darah
-LED tinggi sekali
-Lekositosis
-Nilai hemoglobin dapat rendah
b.       Pemeriksaan bakteriologi
-Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya streptococcus
- Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti hyaluronidase.
c.       Pemeriksaan radiologi
Elektrokardoigrafi dan ekokardiografi untuk menilai adanya kelainan jantung
.


A.      Penatalaksanaan
  Tatalaksana bergantung dari tipe dan beratnya penyakit jantung rheuma. Pada kebanyakan kasus, obat pengencer darah (aspirin) diberikan untuk mencegah penumpukan. Dokter biasanya juga memberikan beta blocker dan calcium channel blocker untuk menurunkan kerja jantung. Dan digitalis untuk meningkatkan efisiensi kerja jantung.
Karena demam rheuma merupakan penyebab dari penyakit jantung rheuma, pengobatan yang terbaik adalah untuk mencegah relaps dari demam rheuma. Antibiotik seperti penisilin dan lainnya biasanya dapat mengobati infeksi dari bakteri streptococcus. Dan menghentikan demam rheuma bermanifestasi. Apabila anda mempunyai riwayat terkena demam rheuma biasanya kan diberikan terapi antibiotik dalam jangka waktu yang panjang untuk mencegah demam rheuma timbul kembali dan mengurangi risiko terkena penyakit jantung rheuma. Untuk mengurangi gejala peradangan dapat diberikan aspirin, kortikosteroid atau NSAID(obat anti inflamasi non-steroid).
Terapi pembedahan dapat dilakukan untuk memperbaiki dan mengganti katup jantung yang rusak.

B.       Pengobatan Jantung Reumatik
 Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and Aspirin.

Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.

Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan terapi. Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik untuk mengatasi keluhannya. Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan memerlukan follow up jangka panjang.


C.      Pencegahan Jantung Reumatik
Jika kita lihat diatas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR), Tentu saja pencegahan yang terbaik adalah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik (DR) (terserang infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus).

Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut, diantaranya faktor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai peran yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokkus untuk terjadi DR............................................................................................................

Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan mengalami demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan Penyakit Jantung Rematik.



D.      Diagnosis
Kriteria diagnosis oleh jones meliputi dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dan satu kriteria minor
a.       Kriteria Mayor
1.      Karditis.
Karditis paling sering terjadi pada anak dan remaja. Adanya karditis dapat dilihat dari gejala perikarditis, kardiomegali, gagal jantung, bising karena regurgitasi aorta dan mitral
2.      Eritema Marginatum
Eritema marginatum berupa makula yang cepat membesar berbentuk cincin atau sabit dengan bagian tengah yang jernih. Eritema bisa menimbul, berkonfluens, dan hilang timbul atau menetap.
3.      Nodul subkutan
Nodul subkutan jarang temui kecuali pada anak. Diameter kurang lebih 2cm, tidak dapat digerakkan, tidak nyeri tekan, dan menempel pada fasia atau sarung tendon diatas tonjolan tulang. Nodul menetap selama beberapa hari atau minggu, rekuens, dan tidak dapat dibedakan dari nodul reumatik.
4.      Korea Sydenham
Pergerakan korea atetoid terutama pada wajah, lidah dan ekstermitas pada bagian atas, mungkin merupakan manifestasi satu-satunya, hanya setengah kasus mempunyai tanda-tanda demam reumatik yang jelas. Gadis remaja lebih sering terkena, dan pada orang dewasa jarang. Kejadiannya sangat jarang namun paling paling diagnostik untuk demam reumatik
5.      Artritis
Merupakan poliartritis migran yang melibatkan sendi-sendi besar secara berantai. Pada orang dewasa hanya satu sendi yang terkena. Artritis berlangsung selama 1 sampai 5 minggu dan mereda tanpa deformitas sisa
b.      Kriteria Minor
Meliputi demam, poliartralgia, interval PR yang menunjang reversibel, LED meningkat, didahului infeksi streptococcus β hemolyticus, atau riwayat demam reumatik

E.       Komplikasi
Gagal jantung dapat terjadi pada beberapa kasus. Komplikasi lainnya termasuk aritmatika jantung, pankarditis dengan efusi yang luas, pneumonitis reumatik, emboli paru, infark, dan kelainan katup jantung

F.       Rencana Keperawatan
1.       Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi myocardium
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan perbaikan curah jantung.
Intervensi & Rasional
-Beri digoksin sesuai instruksi, dengan menggunakan kewaspadaan yang sudah ditentukan untuk mencegah toksisitas.
-Kaji tanda- tanda toksisitas digoksin (mual, muntah, anoreksia, bradikardia, disritmia)
-Seringkali diambil strip irama EKG
-Jamin masukan kalium yang adekuat
-Observasi adanya tanda-tanda hipokalemia
-Beri obat-obatan untuk menurunkan afterload sesuai instruksi dapat meningkatkan curah jantung
-Untuk mencegah terjadinya toksisitas
-Mengkaji status jantung
-Penurunan kadar kalium serum akan meningkatkan toksisitas digoksin
2.      Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi penyakit.
Tujuan : Suhu tubuh normal (36 – 37’ C)
Intervensi & Rasional
-           Kaji saat timbulnya demam
-          Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, TD, pernafasan setiap 3 jam
-           Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
-          Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan
-          Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan
-          Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5 – 3 liter/hari dan jelaskan manfaatnya
-          Berikan kompres hangat dan anjurkan memakai pakaian tipis
-          Berikan antipiretik sesuai dengan instruksi Dapat diidentifikasi pola/tingkat demam
-          Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadan umum klien
-          Penjelasan tentang kondisi yang dilami klien dapat membantu mengurangi kecemasan klien dan keluarga
-          Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk lebih kooperatif
-          Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien di RS
-          Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh  meningkatØ sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
-          Kompres akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuh
-          Antipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat meregulasiØ suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati suhu normal
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan.
Intervensi Rasional
-          Kaji faktor-faktor penyebab
-          Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup
-          Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak muntah teruskan
-          Lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah
-          Ukur BB setiap hari
-          Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien
-          Penentuan factor penyebab, akan menentukan intervensi/ tindakan selanjutnya
-          Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien termotivasi untuk mengkonsumsi makanan
-          Menghindari mual dan muntah dan distensi perut yang berlebihan
-          Bau yang tidak enak pada mulut meningkatkan kemungkinan muntah
-          BB merupakan indikator terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi
-          Mengetahui jumlah asupan / pemenuhan nutrisi klien
4.      Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi Rasional
 Kaji tingkat nyeri yang dialami klien dengan memberi rentang nyeriØ (1-10), tetapkan tipe nyeri dan respon pasien terhadap nyeri yang dialami
-          Kaji factor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri
-          Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang
-          Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasian dari rasa nyeri (libatkan keluarga)
-          Berikan kesempatan pada klien untuk berkomunikasi dengan teman/ orang terdekat
-          Berikan obat-obat analgetik sesuai instruksi Untuk mengetahui berapa tingkat nyeri yang dialami
-          Reaksi pasien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai factorØ begitupun juga respon individu terhadap nyeri berbeda dab bervariasi
-          Mengurangi rangsang nyeri akibat stimulus eksternal
-          Dengan melakukan aktifitas lain, klien dapat sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami
-          Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat/teman membuat pasienØ gembira / bahagia dan dapaty mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri
-          Mengurangi nyeri dengan efek farmakologik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar