Selasa, 13 November 2012

GLAUKOMA


PEMBAHASAN
A.      Pengertian
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta.
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidaknormal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakansaraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas, 2004).
Galukoma adalah adanya kesamaan kenaika tekanan intra okuler yang berakhir dengan kebutaan (Fritz Hollwich, 1993).
Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejalapeningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkanpenggaungan atau pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropisyaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan.
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijaukebirauan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderitaglaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan
Bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang. Glaukomaadalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunanfungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009).
     


B.       Etiologi
Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah jalan satu-satunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat glaukoma. Bagi Anda yang berisiko tinggi disarankan untuk memeriksakan mata Anda secara teratur sejak usia 35 tahun. Faktor risiko:
  1. Riwayat glaukoma di dalam keluarga.
  2. Tekanan bola mata tinggi
  3. Miopia (rabun jauh)
  4. Diabetes (kencing manis)
  5. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
  6. Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk)
  7. Kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya
  8. Menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama
  9. Lebih dari 45 tahun
C.      Jenis-jenis glaukoma
1.      Primary Open-Angle Glaukoma GLAUKOMA Sudut-Terbuka Primer
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling umum dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga risiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen. Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini.
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
2.      Acute Angle-Closure Glaukoma GLAUKOMA Sudut-Tertutup Akut
Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat, pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya. Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat. Bila Anda merasakan gejala-gejala tersebut segera hubungi dokter spesialis mata Anda.
3.      Secondary GLAUKOMA GLAUKOMA Sekunder
Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut
4.      Congenital GLAUKOMA GLAUKOMA Kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.
D.      Tanda dan Gejala
a.      Primary Glaukoma/Glaukoma primer
1.     Primary Open Angle Glaukoma/Glaukoma primer sudut terbuka
Ada kecenderungan familiar yang kuat disini dan hubungan keluarga yang dekat dengan orang yang pernah sakit POAG harus dicurigai dan dilakukan screening secara teratur. Sifatnya kronis dan tenang matanya.
Gejala:
-     Tidak bergejala (tidak terasa)  kadang keluhan Os hanya rasa tidak enak pada matanya
-     Pegel pada mata
-     Lapang pandang sempit
-     Riwayat keluarga
Tanda :
-     Mata tenang
-     Papil saraf optik atrofi
-     Kelainan lapang pandang/skotoma
-     TIO lebih dari 21 mmHg (TIO meningkat)
-     Visus naik turun (kadang kabur kadang tidak)
2.     Normal/Low Pressure Glaukoma
Patogenesis: sensitivitas yang abnormal terhadap TIO (biasanya TIO kurang dari 22 mmHg)karena abnormalitas vaskular/mekanik pada optik nerve head. Disk yang hemoragik lebh sering pada ini daripada POAG dan sering dapat pula menyebabkan progesi kehilangan lapang pandang. 
3.     Sudut Tertutup 
Gejala: 
o   Pegal sampai sakit kepala 
o   Mual, muntah, visus turun sampai mata merah 
o   Palpebra spasme (mata sipit) 
o   Konjungtiva hiperemi 
o   Kornea odem - keruh - lihat pelangi 
o   Bilik depan dangkal - karena irisnya menempel di trabekula 
o   Pupil luas - m. sphinter pupilae lumpuh oleh karena tekanan yang tinggi. 
o   Lensa terdapat bercak-bercak putih 
o   Papil tidak jelas (oedem, pucat) 
o   TIO lebih dari 21 mmHG, biasanya 40 mmHG


b.      Secondary Glaukoma / Glaukoma sekunder
Ada penyakit lain yang mendasarinya/disebabkan karena penyakit lain. Bisa akut/kronis.
1.    Glaukoma sekunder sudut terbuka
Bisa disebabkan oleh:
o   Uveitis - banyak sel radang - trabekulanya buntu - TIO - glaukoma
o   Lensa hipermatur (salah satu bentuk katarak) - uveitis - glaukoma
o   Steroid - terjadi konjungtivitis sternalis (alergi - banyak sel radang - dapat merusak  trabekulum)
o   Trauma - merusak SIK - TIO - glaukoma
2.    Glaukoma sekunder sudut tertutup
Bisa disebabkan oleh:
         Uveitis
         Lensa maju/membesar
         Tumor intraokuli
         Neovaskularisasi sudut
c.       Glaukoma Kongenital
         Sejak lahir
         Takut sinar/silau
         Rasa tidak enak di mata
         Bola mata besar
         Kornea keruh
         TIO lebih dari 21 mmHG
         Karena kongenital seringnya bilateral

E.     Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan oleh dokter perlu dilakukan untuk menegakan diagnosa glaukoma. Dokter akan melihat ke dalam bola mata melalui pupil yang telah dilebarkan. Pemeriksaan tekanan bola mata (tonometri) belum bisa digunakan patokan pasti diagnosa glaukoma sebab 25% penderita glaukoma memiliki tekanan bola mata yang normal. Kondisi ini disebut glaukoma tensi normal.
Berikut beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk mendiagnosa glaukoma:
·         Gonioskopi (menggunakan lensa khusus untuk melihat saluran cairan bola mata.
·         Tonometri untuk mengetahui tekanan bola mata.
·         Pencitraan saraf optik.
·         Respon refleks pupil.
·         Pemeriksaan retina.
·         Pemeriksaan slit lamp.
·         Pemeriksaan lapang pandang.
·         Pemeriksaan tajam penglihatan.
F.       Pemeriksaan Penunjang
TOP adalah singkatan dari tonometri, oftalmoskopi dan perimetri.
Tonometri
Tonometri adalah alat untuk mengukur tekanan intra okular (TIO). TIO digolongkan sebagai normal apabila nilainya antara 10-21 mmHg. TIO yang tinggi (>21 mmHg) adalah salah satu faktor risiko glaukoma. Mekanisme TIO tinggi adalah gangguan aliran keluar cairan akuous akibat disfungsi system drainase di bilik mata depan (sudut terbuka) maupun karena penutupan sudut bilik mata itu sendiri (sudut tertutup). 
Salah satu pemeriksaan tonometri sederhana menggunakan Schiøtz tonometer. Angka yang didapatkan dari skala dirujuk ke tabel konversi untuk mendapatkan nilai TIO dalam mmHg.
Oftalmoskopi
Bila ada kecurigaan glaukoma berdasarkan keluhan atau faktor risiko pada pasien, pemeriksaan oftalmoskopi dilakukan untuk memastikan diagnosis. Kelainan dikatakan bermakna bila ada pembesaran cup-to-disc ratio (CDR) lebih besar dari 0.5, dan asimetri CDR antara dua mata 0.2 atau lebih.
Yang berisiko
1.      Tekanan bola mata tinggi >21mmHg (risiko meningkat 5x)
2.      Usia di atas 40 tahun
3.      Rabun dekat yang ekstrim
4.      Tekanan darah tinggi (peningkatan risiko 80%)
5.      Kencing manis/ diabetes melitus (risiko meningkat 2x)
6.       Cedera mata sebelumnya
7.      Glaukoma pada keluarga (risiko meningkat 3x)
8.      Penggunaan steroid jangka panjang(risiko meningkat 3x)
9.      Asimetri TIO & CDR antara 2 mata
Perimetri
Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.

Alat diagnostik mutakhir untuk deteksi dini glaukoma:
Tekanan bola mata dengan non contact tonometry, tonometer aplanasi dan tonopen. Perimeter komputer Humphrey, Pengukuran ketebalan lapisan saraf mata dengan Optical Coherence Tomography (OCT) dan Heidelberg Retinal Tomography (HRT). Pengukuran kedalaman bilik depan bola mata dengan anterior OCT.
G.      Patofisiologi
Meningkatnya tekanan intra oculer disebabkan oleh retensi cairan aquos. Proses dari produksi dan distribusi cairan tersebut terjadi terus menerus dan berfungsi untuk memelihara tekanan intra oculer tetap dan keadaan normal.  Pada suatu kerusakan dimana proses pengeluaran cairan timbul secara berlebihan dapat meningkatkan TIO. Pada umumnya peningkatan tekanan intra oculer disebabkan oleh ischemia di daerah syaraf mata dan terjadi microsirkulasi pada salurannya. Ciri yang khas adalah terjadinya cupping pada dikus optiakus dan dapat menimbulkan kerusakan penglihatan antara lain penurunan lapang pandang. Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekana intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmhg tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.
Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya menyebabkan kesrusakan jaringan yang dimula dari perifir menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal.
H.      Pathways
Trauma mata                                                      miopi
 

Obstruksi jaringan                                               peningkatan tekanan vitreus
trabekular

hambatan pengeluaran                                        pergerakan iris ke depan
cairan Aqueus
 

TIO meningkat                                                     TIO meningkat
 

menekan aliran darah
ke syaraf optik dan retina

merusak serabut syaraf optic
menjadi iskemik dan mati

kerusakan jaringan mulai dari perifer
menuju ke fovea sentralis

penurunan lpang pandang

GLAUKOMA
 


Gangguan saraf                       mata pegal                                gangguan lapang
optik                                                                                         pandang

perubahan penglihatan              M.kep : nyeri                        kebutaan
perifer
                                                                                                M.kep : anxietas
M.kep : gangguan persepsi
sensori
I.         Manajemen Terapi
·       Pada prinsipnya terapi glaukoma ada 2 macam yaitu medikamentosa dan operatif. Untuk yang kongenital, harus operatif walaupun masih neonatus (misal 10 hari) obat-obatan hanya untuk sementara.
·       Tujuan terapi adalah menurunkan TIO.
1.     Medikamentosa
Tekanan intraokuler harus diturunkan dengan secepatnya dengan memberikan asetanolamid 500 mg dilanjutkan dengan 3 x 500 mg, solusio gliserin 50% 4x 100-150 ml dalam air jeruk, penghambat beta adrenergik 0,25 – 0,5% 2 x 1 dan KCl x 0,5 g. Diberikan pula tetes mata kortikosteroid dan antibiotik untuk mengurangi reaksi implamasi.  Untuk bentuk primer, diberikan tetes mata pilokarpin 2% tiap ½ - 1 jam pada mata yang mendapat serangan dan 3x1 tetes pada mata disebelahnya. Bila perlu berikan analgetik dan antiemetik.

2.     Operasi
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan matanya. Bila TIO tetap tidak turun segera dilakukan operasi. Sebelumnya diberikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Bila jelas menurun operasi ditunda sampai mata lebih tenang dengan tetap mematau TIO. Jenis operasi iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan genioskopi setelah pengobatan medikamentosa. Selain pencegahan juga dilakukan iridektomi pada sebelahnya.
Harus dicari penyebabnya pada bentuk sekunder dan diobati yang sesuai. Dilakukan operasi hanya bila perlu dan jenisnya tergantung penyebab. Misalnya pada hifema dilakukan parasentesis pada kelainan lensa dan pada uveitis dilakukan iridektomi atau operasi iridektomi.

J.      Diagnosa keperawatan
Pre Operatif
·       PK: Peningkatan TIO
·       Nyeri akut b.d agen injury mekanik
·       Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d perubahan persepsi sensori
·       Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan/penatalaksaan dirumah b. d kurangnya paparan informasi
Post operatif
·       Nyeri akut b.d agen injury fisik
·       Risiko jatuh b.d kesulitan penglihatan
·       Risiko infeksi b.d prosedur invasif, terputusnya kontuinitas jaringan

K.    Intervensi
1.    Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah
Tujuan: nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
a.    Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian nyeri
b.    Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
c.    Ekspresi wajah rileks
Intervensi:
a.    Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
b.    Kaji tingkatan nyeri untuk menentukan dosis analgesic
c.    Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
d.    Atur sikap fowler 30° atau dalam posisi nyaman.
e.    Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
f.     Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
g.    Berikan analgesi sesuai anjuran

2.    Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d gangguan penerimaan,gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
a.    Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
b.    Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut
Intervensi:
a.    Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
b.    Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
c.    Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis
d.    Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam
e.    Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi

3.    Ansietas b/d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup
Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
a.    Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi
b.    Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
c.    Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi:
a.    Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini
b.    Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan
c.    Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan
d.    Identifikasi sumber/orang yang menolong

4.    Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b/d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi ditandai dengan pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah
Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya
Kriteria Hasil:
a.    pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan
b.    Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
c.    Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan
Intervensi
a.    Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi
b.    Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata
c.    Izinkan pasien mengulang tindakan
d.    Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata
e.    Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topical

Tidak ada komentar:

Posting Komentar