PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Diagnosa Keperawatan
Penentuan
sifat dan keluasaan masalah keperawatan yang ditunjukkan oleh pasien individual
atau keluarga yang menerima asuhan keperawatan (Abdellah, 1957).
Suatu
pernyataan tentang konklusi yang dihasilkan dari pengenalan terhadap pola yang
berasal dari penyelidikan keperawatan dari pasien (Durand, Prince, 1966)
Penilaian
atau konklusi yang terjadi sebagai akibat dari pengkajian keperawatan ( Gebbie, Lavin, 1975)
Suatu
fungsi keperawatan yang mandiri...suatu evaluasi tentang respon personal klien
terhadap pengalaman kemanusiaannya sepanjang siklus kehidupan, apakah respon
merupakan krisis perkembangan atau kecelakaan, penyakit, kesukaran atau stres
lainnya (Bircher, 1975)
Suatu
proses kesimpulan klinis dari perubahan yang teramati dalam kondisi fisik atau
fisioligis pasien ; jika proses ini terjadi secara akurat dan rasional, maka
proses tersebut akan mengarah pada identifikasi tentang kemungkinan penyebab
simptomatologi (Aspinall, 1976)
Masalah
kesehatan aktual atau potensial dimana perawat, dengan pendidikan dan
pengalamannya, mampu dan mempunyai ijin untuk mengatasinya (Gordon, 1976)
Diagnosa
keperawatan adalah frase singkat atau istilah yang meringkaskan kelompok
indikator penting (Empiris) yang mewakili pola keutuhan manusia (Roy, 1982)
Diagnosa
keperawatan adalah penilaian klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas
yang didapatkan melalui proses pengumpulan data yang disengaja dan sistematis
yang menjadi tanggung gugat perawat. Hal ini ditunjukan secara singkat dan
mencakup etiologi kondisi bila diketahui (Shoemaker,
1984)
Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yng menggambarkan respon manusia(keadaan sehat
atau perubahan pola interaksi aktual atau potensial) dari individu atau
kelompok perawat yang secara legal mengidentifikasi dan dimana perawat dapat
menginstruksikan intervensi devinitif untuk mempertanyakan keadaan sehat atau
untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan(Carpenito, 1987)
Diagnosa
keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil dimana perawat bertanggung gugat.( NANDA, 1990)
Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan ringkasan tentang status kesehatan klien yang
didapatkan melalui proses pengkajian dan membutuhkan intervensi dari domain
keperawatan.( Carlson, et al 1991)
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data
yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan
memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata
(aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan
dalam batas wewenang perawat.
Pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawata mempunyai
izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien
didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan,
catatan medis klien masa lalu, dan konsultasi dengan profesional lain, yang
kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian. Hal terakhir adalah respon aktual atau potensial klien yang
membutuhkan intervensi dari domain praktek keperawatan (Carlson et al, 1991; Carpenito, 1995)
B.
Perbedaan
Diagnosa Keperawatan dengan Diagnosa Medis
Beberapa
perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis dibawah ini:
1.
Diagnosa keperawatan :
-
Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya.
-
Berorientasi pada kebutuhan individu,
bio-psiko-sosio-spiritual.
-
Berubah sesuai dengan perubahan respons klien.
-
Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam
melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi.
2. Diagnosa
Medis :
-
Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan
dan penyembuhan penyakit.
-
Berorientasi kepada keadaan patologis
-
Cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.
-
Mengarah kepada tindakan medik yang sebahagian besar
dikolaborasikan kepada perawat.
C.
Proses
Analisis Data dan Interpretasi Data
Analisis Data
Dalam
melakukan kegiatan analisis data yang ada disederhanakan sedemikian rupa
sehingga mudah untuk dibaca dan di interpretasikan. Proses analisis sering kali
menggunakan statistik.
Hal ini di
laksanakan dengan tujuan untuk menyederhanakan data peneletian yang jumlahnya
relative banyak sehingga untuk data berssambungan yang biasanya menggunakan
bermacam-macam teknik statistik seperti distribusi frekuensi. Adapun data
sambungan yang sudah di format menjadi data kategorial juga dapat menggunakan
tekhnik tabulasi skala.
Melalui
kegiatan analisis itulah peneliti dapat menginterpretasikan berbagai data
sehingga memiliki makna dan mudah di mengerti.
Ketika kita memutuskan
untuk melakukan analisis data menggunakan alat statistiska , ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
1.
Dari maa data di peroleh, apakah berasal
dari sample (melallui proses sampling) atau dari populasi (dengan cara sensus)
2.
Jika berasal dari sampel apa teknik
samping yang digunakan, apakah termasuk kelompok sampling probabilitas atau
probabilitas.
3.
Memakai skala apa data diukur, apakah
menggunakan skala nominal, ordinal, interval atau rasio.
4.
Bagaimana hipotesis yang di buat apakah
perlu di lakukan pengujian satu arah atau dua arah kalau memakai statitiska
inverensial.
Interpretasi
data
Interpretasi data dapat
dilakukan dengan dua cara.
Pertama, interpretasi
yang di lakukan secara terbatas yakni peneliti hanya melakukan interpretasi
terhadap data dan hubungan-hubungan yang terdapat pada penelitian. Dalam kegiatan
seperti ini secara otomatis intrpretasi di lakukan bersamaan dengna kegiatan
analisis data.
Kedua, interpretasi yang di lakukan
dengan cara mencari pengertian yang lebih luas tentang hasil-hasil penelitian
yang di peroleh dari analisis. Kegiatan ini di lakukan dengan cara
membandingkan hasil analisisnya dengan kesimpulan yang di peroleh dari
penelitian lain dengan menghubungkan kembali hasil interpretasinya dengan teori
yang ada.
Selama
pengkajian, data dikumpulkan dari berbagai sumber , divalidasi, dan diurut
kedalam kelompok yang membentuk pola. Data dasar secara kontinu direvisi
sejalan dengan terjadinya perubahan dalam status fisik dan emosi klien. Hal ini
juga mencakup hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Selama langkah
ini, perawata menggunakan pengetahuan dan pengalaman, menganalisis dan
menginterpretasi, dan menarik konklusi tentang kelompok dan pola data (Benner,
1984; Carnevali et al, 1984; Carlson el al, 1991; Bandman & Bandman, 1995)
Proses
diagnostik keperawatan :
Pengelompokan Data
Analisis data
mencakup mengenali pola atau kecenderungan, membandinkan pola ini dengan pola
kesehatan yang normal, dan menarik konklusi tentang respon klien. Perawat
memperhatikan pola atau kecenderungan sambil memeriksa kelompok data. Jika
hubungan diantara pola-pola tersebut terindentifikasi, maka daftar masalah atau
kebutuhan yang berpusat pada klien mulai muncul.
Kelompok data
terdiri atas batasan karakteristik. Batasan karakteristik adalah kriteria
klinis yang mendukung adanya kategori diagnostik. Kriteria klinis adalah tanda
dan gejala objektif atau subjektif atau faktor resiko( Carpenito, 1995).
Batasan karakteristik mulipel yang dihasilkan dari data pengkajian mendukung
diagnosa keperawatan( Carpenito, 1995). Terdapatnya satu tanda atau gejala tidak
cukup untuk mendukung label diagnosa keperawatan. Tidak adanya batasan
karakteristik menunjukan diagnosis harus ditolak. Katagori diagnostik dan
batasan karakteristiknya memberikan struktur untuk proses kognitif dalam
pengidentifikasian kebutuhan klien dan perumusan aktual dari diagnosa
keperawatan ( Hurley, 1986; Carpenito, 1995).
D.
Jenis-jenis
Diagnosa Keperawatan
1.
Diagnosis
Keperawatan Aktual
Diagnosis keperawatan aktual (NANDA) adalah diagnosis
yang menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan
karakteristik mayor yang diidentifikasi.
Diagnosis keperawatan mempunyai empat komponen : label, definisi, batasan
karakteristik, dan faktor yang berhubungan.
-
Label merupakan
deskripsi tentang definisi diagnosis dan batasan karakteristik.
-
Definisi
menekankan pada kejelasan, arti yang tepat untuk diagnosa.
-
Batasan
karakteristik adalah karakteristik yang mengacu pada petunjuk klinis, tanda
subjektif dan objektif. Batasan ini juga mengacu pada gejala yang ada dalam
kelompok dan mengacu pada diagnosis keperawatan, yang teridiri dari batasan
mayor dan minor.
-
Faktor yang
berhubungan merupakan etiologi atau faktor penunjang. Faktor ini dapat
mempengaruhi perubahan status kesehatan. Faktor yang berhubungan terdiri dari
empat komponen : patofisiologi, tindakan yang berhubungan, situasional, dan
maturasional.
Contoh diagnosis keperawatan aktual : Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan penurunan transport oksigen, sekunder terhadap tirah baring lama,
ditandai dengan nafas pendek, frekuensi nafas 30 x/mnt, nadi 62/mnt-lemah,
pucat, sianosis.
2. Diagnosis
Keperawatan Resiko
Diagnosis keperawatan resiko
adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga atau komunitas yang sangat
rentan untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada
situasi yang sama atau hampir sama.
Validasi untuk menunjang diagnosis resiko adalah faktor resiko yang
memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok
dan tidak menggunakan batasan karakteristik. Penulisan rumusan diagnosis ini
adalag : PE (problem & etiologi).
Contoh : Resiko penularan TB paru berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang resiko penularan TB Paru, ditandai dengan keluarga klien sering
menanyakan penyakit klien itu apa dan tidak ada upaya dari keluarga untuk
menghindari resiko penularan (membiarkan klien batuk dihadapannya tanpa menutup
mulut dan hidung).
3.
Diagnosis Keperawatan Kemungkinan
Merupakan pernyataan tentang
masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih
diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor resiko.
Contoh : Kemungkinan gangguan konsep diri : gambaran diri berhubungan
dengan tindakan mastektomi.
4.
Diagnosis Keperawatan Sejahtera
Diagnosis keperawatan sejahtera
adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau masyarakat dalam
transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik.
Cara pembuatan diagnsosis ini adalah dengan menggabungkan pernyataan fungsi
positif dalam masing-masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian
yang disahkan. Dalam menentukan diagnosis keperawatan sejahtera, menunjukkan
terjadinya peningkatan fungsi kesehatan menjadi fungsi yang positif.
Sebagai contoh, pasangan muda yang kemudian menjadi orangtua telah
melaprkan fungsi positif dalam peran pola hubungan. Perawat dapat memakai
informasi dan lahirnya bayi baru sebagai tambahan dalam unit keluarga, untuk
membantu keluarga mempertahankan pola hubungan yang efektif.
Contoh : perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru.
5.
Diagnosis Keperawatan Sindrom
Diagnosis keperawatan sindrom
merupakan diagnosis keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosis keperawatan
aktual atau resiko, yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.
Contoh :
sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
E. Formulasi Diagnosa Keperawatan Aktual
Formulasi
diagnosa keperawatan aktual berisi :
1. Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan
keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan
dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah
kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan
disusun dengan menggunakan standart yang telah disepakati (NANDA, Doengoes,
Carpenito, Gordon, dll), supaya :
a.
Perawat
dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
b.
Memfasilitasi
dan mengakses diagnosa keperawatan
c.
Sebagai
metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan masalah
medis
d.
Meningkatkan
kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian dan
intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
2.
Etiologi (E/penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau
masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya
meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam
identifikasi etiologi :
a.
Patofisiologi
penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat
menyebabkan / mendukung masalah.
b.
Situasional
: personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll)
c.
Medikasi
(berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) : keterbatasan institusi atau
rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
d.
Maturasional :
Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
Dewasa :
tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
3. Sign
& symptom (S/tanda & gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang
merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Jadi
rumus diagnosis keperawatan adalah : PE / PES.
F. Formulasi Diagnosa Keperawatan Resiko
Formulasi diagnosa keperawatan resiko berisi
:
1. Problem
Merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan
keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan
dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah
kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan
disusun dengan menggunakan standart yang telah disepakati (NANDA, Doengoes,
Carpenito, Gordon, dll), supaya :
a.
Perawat
dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
b.
Memfasilitasi
dan mengakses diagnosa keperawatan
c.
Sebagai
metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan masalah
medis
d.
Meningkatkan
kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian dan
intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
2. Etiologi
Keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah
kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya
meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam
identifikasi etiologi :
a.
Patofisiologi
penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang
dapat menyebabkan / mendukung masalah.
b.
Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi
sosial, dll)
c.
Medikasi
(berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) : keterbatasan institusi atau
rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
d.
Maturasional
(tingkat kematangan atau kedewasaan klien)
Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
G. Formulasi Diagnosa Keperawatan Sejahtera
1.
Problem
Merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan
keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan
dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah
kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan
disusun dengan menggunakan standart yang telah disepakati (NANDA, Doengoes,
Carpenito, Gordon, dll), supaya :
a.
Perawat
dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
b.
Memfasilitasi
dan mengakses diagnosa keperawatan
c.
Sebagai
metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan masalah
medis
Meningkatkan
kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian dan
intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
H.
Pencacatan
Dan Pelaporan Diagnosa Keperawatan
Tungpalan
(1983) mengatakan bahwa “dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan
atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum” sedangkan pendokumentasian adalah
pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan obyek maupun aktifitas pemberian
jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Teknik
dan jenis pencatatan kadang terdapat perbedaan pada suatu tempat dengan tempat
lain tetapi pada prinsipnya adalah adanya pendokumentasian keperawatan atau
kebidanan yang dapat dijadikan standar operasional sebagai tanggung jawab dan
tanggung gugat.
a)
Teknik Pencatatan
1)
Menulis
nama pasien pada setiap halaman catatan perawat/bidan
2)
Mudah
dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam
3)
Akurat,
menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu dan dapat dipercaya
secara factual
4)
Ringkas,
singkatan yang biasa digunakan dan dapat diterima, dapat dipakai.
Contoh : Kg untuk Kilogram
b) Yang Harus
diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan :
a.
Pencatatan
mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau
b.
Jika
terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata
“salah” diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi yang
benar “jangan dihapus”. Validitas pencatatan akan rusak jika ada penghapusan.
c.
Tulis
nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda tangan
d.
Jika
pencatatan bersambung pada halaman baru, tandatangani dan tulis kembali waktu
dan tanggal pada bagian halaman tersebut.
c)
Jenis-jenis Pencatatan
Ada dua jenis pencatatan :
1. Catatan Pasien secara Tradisional
Catatan
pasen secara tradisional merupakan catatan yang berorientasi pada sumber dimana
setiap sumber mempunyai catatan sendiri. Sumber bisa didapat dari perawat,
dokter, atau tim kesehatan lainnya. Catatan perawat terpisah dari catatan
dokter dan catatan perkembangan.
Biasanya
catatan ditulis dalam bentuk naratif. Sistem dokumentasi yang berorientasi pada
sumber yang ditulis secara terpisah-pisah sulit menghubungkan keadaan yang
benar sesuai perkembangan pasien. Catatan tradisional umumnya mempunyai enam
bagian, yaitu : catatan khusus, lembar catatan dokter, lembar riwayat medik,
lembar identitas, catatan keperawatan, dan laporan khusus lainnya.
2.
Catatan
Berorientasi pada Masalah
Pencatatan
yang berorientasi pada masalah berfokus pada masalah yang sedang dialami pasen.
Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh dr. Lawrence Weed dari USA, dimana
dikembangkan satu sistem pencatatan dan pelaporan dengan penekanan pada pasien
tentang segala permasalahannya. Secara menyeluruh sistem ini dikenal dengan
nama “Problem Oriented Method”.
Problem
Oriented Method (POR) merupakan suatu alat yang efektif untuk membantu tim
kesehatan mengidentifikasi masalah-masalah pasen, merencanakan terapi,
diagnosa, penyuluhan, serta mengevaluasi dan mengkaji perkembangan pasen. POR
adalah suatu konsep, maka disarankan untuk membuat suatu format yang baku. Tiap
pelayanan dapat menerapkan konsep ini dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi setempat.
Komponen dasar POR terdiri dari
empat bagian, yaitu :
1)
Data Dasar; identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan
sebelumnya. Riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan
lain-lain, data dasar diperlukan tergantung dari unit atau jenis asuhan yang
akan diberikan, misalnya: data dasar unit kebidanan akan berbeda dengan unit
bedah.
2)
Daftar Masalah; masalah pasien didapat dari hasil kajian. Pencatatan dasar
masalah dapat berupa gejala-gejala, kumpulan gejala, atau hasil laboratorium
yang abnormal, masalah psikologis, atau masalah sosial. Masalah yang ada
mungkin banyak sehingga perlu diatur menurut prioritas masalah dengan memberi
nomor, tanggal pencatatan, serta menyebutkan masalahnya. Daftar memberikan
keuntungan bagi perawat sebagai perencana keperawatan.
3)
Rencana. Rencana disesuaikan dengan tiap masalah yang ada. Dengan
demikian perawat dapat merencanakan sesuai kebutuhan pasen.
Catatan
Perkembangan Pasien.
Adalah semua catatan yang
berhubungan dengan keadaan pasen selama dalam perawatan. Pada umumnya catatan
ini terdiri dari beberapa macam bentuk, antara lain :
a. Catatan Berkesinambungan (Flow
Sheet)Digunakan untuk mencatat hasil observasi perawatan secara umum, khususnya
pada keadaan pasen yang sering berubah-ubah dengan cepat.
b. Catatan secara Naratif (Notes)
c. Catatan akan Pulang/Sembuh (Discharge
Notes)
Dokter
maupun perawat membuat kesimpulan tentang keadaan pasen selama dirawat, baik
mengenai permasalahan dan tindak lanjut yang dibutuhkan
d) Catatan
Perkembangan Pasien (Susunan Pencatatan)
Ada beberapa bentuk format
dokumentasi yang dapat digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mengatasi
masalah pasen antara lain, :
1.
S O A P
Format SOAP umumnya digunakan untuk
pengkajian awal pasien.
S : Subjective :Pernyataan atau keluhan dari pasen
O : Objective :Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga.
A : Analisys :Kesimpulan dari objektif dan subjektif
P : Planning :Rencana tindakan yang akan dilakuakan berdasarkan analisis
S : Subjective :Pernyataan atau keluhan dari pasen
O : Objective :Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga.
A : Analisys :Kesimpulan dari objektif dan subjektif
P : Planning :Rencana tindakan yang akan dilakuakan berdasarkan analisis
2.
S O A P I E R
Format SOAPIER lebih tepat digunakan
apabila rencana pasien ada yang akan dirubah dan proses evaluasi mulai
dilakukan.
S : Subjective ;
Pernyataan atau keluhan pasien
O : Objective ; Data yang
diobservasi
A : Analisis ; Kesimpulan
berdasarkan data objektif dan subjektif
P : Planning ; Apa yang
dilakukan terhadap masalah
I : Implementation ;
Bagaimana dilakukan
E : Evaluation ;
Respons pasen terhadap tindakan keperawatan
R : Revised ; Apakah
rencana keperawatan akan dirubah
3.
D . A . R.
Format dokumentasi D. A. R
membantu perawat untuk mengatur pemikirannya dan memberikan struktur yang dapat
meningkatkan pemecahan masalah yang kreatif. Komunikasi yang terstruktur akan
mempermudah konsistensi penyelesaian masalah di antara tim kesehatan.
D : Data.
Data objektif dan subjektif yang mendukung masalah
A : Action.
Tindakan yang segera harus dilakukan
untuk mengatasi masalah
R : Respons.
Respons pasen terhadap tindakan
perawat sekaligus melihat tindakan yang
telah dilakukan berhasil/tidak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar