RINITIS NON ALERGI
A. Pengertian
Rinitis Non-Alergika adalah suatu peradangan pada selaput lendir Hidung tanpa latar belakang alergi.
B. Etiologi
Rhinitis non allergi disebabkan oleh : infeksi saluran
napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial, masuknya benda asing kedalam
hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik
dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif.
C. Jenis
Jenis-jenis
rinitis non-alergika:
1. Rinitis Infeksiosa
Rinitis infeksiosa biasanya disebabkan oleh infeksi pada saluran pernafasan bagian atas, baik oleh bakteri maupun virus.
Rinitis infeksiosa biasanya disebabkan oleh infeksi pada saluran pernafasan bagian atas, baik oleh bakteri maupun virus.
2. Rinitis Non-Alergika Dengan Sindroma
Eosinofilia
Penyakit ini diduga berhubungan dengan kelainan metabolisme prostaglandin.
Pada hasil pemeriksaan apus hidung penderitanya, ditemukan eosinofil sebanyak 10-20%.
Gejalanya berupa hidung tersumbat, bersin, hidung meler, hidung terasa gatal dan penurunan fungsi indera penciuman (hiposmia).
Penyakit ini diduga berhubungan dengan kelainan metabolisme prostaglandin.
Pada hasil pemeriksaan apus hidung penderitanya, ditemukan eosinofil sebanyak 10-20%.
Gejalanya berupa hidung tersumbat, bersin, hidung meler, hidung terasa gatal dan penurunan fungsi indera penciuman (hiposmia).
3. Rinitis Okupasional
Gejala-gejala rinitis hanya timbul di tempat penderita bekerja.
Gejala-gejala rinitis biasanya terjadi akibat menghirup bahan-bahan iritan (misalnya debu kayu, bahan kimia).
Penderita juga sering mengalami Asma karena pekerjaan.
Gejala-gejala rinitis hanya timbul di tempat penderita bekerja.
Gejala-gejala rinitis biasanya terjadi akibat menghirup bahan-bahan iritan (misalnya debu kayu, bahan kimia).
Penderita juga sering mengalami Asma karena pekerjaan.
4. Rinitis Hormonal
Beberapa penderita mengalami gejala rinitis pada saat terjadi gangguan keseimbangan hormon (misalnya selama kehamilan, hipotiroid, pubertas, pemakaian pil KB).
Estrogen diduga menyebabkan peningkatan kadar asam hialuronat di selaput hidung.
Gejala rinitis pada kehamilan biasanya mulai timbul pada bulan kedua, terus berlangsung selama kehamilan dan akan menghilang pada saat persalinan tiba.
Gejala utamanya adalah hidung tersumbat dan hidung meler.
Beberapa penderita mengalami gejala rinitis pada saat terjadi gangguan keseimbangan hormon (misalnya selama kehamilan, hipotiroid, pubertas, pemakaian pil KB).
Estrogen diduga menyebabkan peningkatan kadar asam hialuronat di selaput hidung.
Gejala rinitis pada kehamilan biasanya mulai timbul pada bulan kedua, terus berlangsung selama kehamilan dan akan menghilang pada saat persalinan tiba.
Gejala utamanya adalah hidung tersumbat dan hidung meler.
5. Rinitis Karena Obat-obatan
Obat-obatan yang berhubungan dengan terjadinya rinitis adalah:
- ACE inhibitor
- reserpin
- guanetidin
- fentolamin
- metildopa
- beta-bloker
- klorpromazin
- gabapentin
- penisilamin
- aspirin
- obat Anti peradangan non-steroid
- kokain
- estrogen eksogen
- pil KB.
Obat-obatan yang berhubungan dengan terjadinya rinitis adalah:
- ACE inhibitor
- reserpin
- guanetidin
- fentolamin
- metildopa
- beta-bloker
- klorpromazin
- gabapentin
- penisilamin
- aspirin
- obat Anti peradangan non-steroid
- kokain
- estrogen eksogen
- pil KB.
6. Rinitis Gustatorius
Rinitis gustatorius terjadi setelah mengkonsumsi makanan tertentu, terutama makanan yang panas dan pedas.
Rinitis gustatorius terjadi setelah mengkonsumsi makanan tertentu, terutama makanan yang panas dan pedas.
7. Rinitis
Vasomotor
Rinitis vasomotor diyakini merupakan akibat dari terganggunya keseimbangan sistem parasimpatis dan simpatis. Parasimpatis menjadi lebih dominan sehingga terjadi pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah di hidung. Gejala yang timbul berupa hidung tersumbat, bersin-bersin dan hidung meler.
Gejala biasanya dipicu oleh:
- Cuaca dingin
- bau yang menyengat
- stres
- bahan iritan.
Rinitis vasomotor diyakini merupakan akibat dari terganggunya keseimbangan sistem parasimpatis dan simpatis. Parasimpatis menjadi lebih dominan sehingga terjadi pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah di hidung. Gejala yang timbul berupa hidung tersumbat, bersin-bersin dan hidung meler.
Gejala biasanya dipicu oleh:
- Cuaca dingin
- bau yang menyengat
- stres
- bahan iritan.
Berdasarkan penyebabnya, rhinitis non alergi di golongkan sebagai berikut :
1. Rinitis Vasomotor
a.
Pengertian
Rhinitis vasomotor adalah
terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh
bertambahnya aktivitas parasimpatis
b.
Etiologi
Belum diketahui, diduga akibat
gangguan keseimbangan vasomotor. Keseimbangn vasomotor ini dipengaruhi
berbagai hal :
1)
Obat-obatan yang menekan
dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti: ergotamin, klorpromazin, obat
antihipertensi, dan obat vasokontriktor lokal.
2)
Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara
dingin, kelembapan udara yang tinggi, dan bau yang merangsang
3)
Faktor endokrin, seperti :
kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme
4)
Faktor psikis, seperti :
cemas dan tegang ( kapita selekta)
c.
Manifestasi
klinis
Hidung tersumbat, bergantian kiri
dan kanan, tergantung pada posisi pasien. Terdapat rinorea yang mukus atau serosa,
kadang agak banyak. Jarang disertai bersin, dan tidak disertai gatal di mata.
Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu yang
ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya.
Berdasarkan gejala yang menonjol,
dibedakan atas golongan obstruksi dan rinorea. Pemeriksaan rinoskopi anterior
menunjukkan gambaran klasik berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah
gelap atau merah tua, dapat pula pucat. Permukaannya dapat licin atau
berbenjol. Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Namun
pada golgongan rinorea, sekret yang ditemukan biasanya serosa dan dalam jumlah
banyak. ( kapita)
d.
Patofisiologi
Rangsangan saraf parasimpatis
akan menyebabkan terlepasnya asetilkolin, sehingga terjadi dilatasi pembuluh
darah dalm konka serta meningkatkan permiabilitas kapiler dan sekresi kelenjar,
sedangkan rangsangan sraaf simpatis mengakibatkan sebaliknya.( kapita)
e.
Pemeriksaan
penunjang
Dilakukan pemeriksaaan untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi.
Kadang ditemukan juga eosinofil pada sekret kulit tetapi jumlahnya sedikit. Tes
kulit biasnya negatif.
f.
Penatalaksanaan
Di cari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor dan disingkirkan
kemungkinana rhinitis alergi. Terapi bervariasi, tergantung faktor penyebab dan
gejala yang menonjol. Secara umum terbagi atas :
1)
Menghindari penyebab
2)
Pengobatan simtomatis,
dengan obat dekongestan oral dan kortikosteroid topikal
3)
Operasi, dengan bedah beku,
elektrokauter, atau konkotomi konka inferior
4)
Neurektomi nervus vidianus
sebagai saraf otonom mukosa hidung, jika cara-cara di atas tidak berhasil.
Operasinya tidak mudah dan komplikasinya cukup berat. (kapita )
g.
Pengobatan
Pengobatan Rinitis Vasomotor bervariasi, tergantung kepada faktor penyebab
dan gejala yang menonjol. Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam:
1)
Menghindari penyebab /
pencetus ( Avoidance therapy )
2)
Pengobatan konservatif (
Farmakoterapi ) :
Dekongestan
atau obat simpatomimetik digunakan untuk mengurangi keluhan hidung tersumbat.
Contohnya: Pseudoephedrine dan Phenylpropanolamine (oral) serta Phenylephrine
dan Oxymetazoline (semprot hidung ).
Anti histamin
: paling baik untuk golongan rinore.
Kortikosteroid
topikal mengurangi keluhan hidung tersumbat, rinore dan bersin-bersin dengan
menekan respon inflamasi lokal yang disebabkan oleh mediator vasoaktif.
Biasanya digunakan paling sedikit selama 1 atau 2 minggu sebelum dicapai hasil
yang memuaskan. Contoh steroid topikal : Budesonide, Fluticasone, Flunisolide
atau Beclomethasone
Anti kolinergik juga efektif pada
pasien dengan rinore sebagai keluhan utamanya.Contoh : Ipratropium bromide (
nasal spray )
3)
Terapi operatif ( dilakukan bila pengobatan
konservatif gagal ) :
Kauterisasi konka yang hipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau triklorasetat pekat ( chemical cautery ) maupun secara elektrik (electrical cautery).
Kauterisasi konka yang hipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau triklorasetat pekat ( chemical cautery ) maupun secara elektrik (electrical cautery).
Diatermi submukosa
konka inferior (submucosal diathermy of the inferior turbinate )
Bedah beku konka
inferior ( cryosurgery )
Reseksi konka parsial
atau total (partial or total turbinate resection)
Turbinektomi dengan laser ( laser turbinectomy )
Turbinektomi dengan laser ( laser turbinectomy )
Neurektomi n.
vidianus ( vidian neurectomy )
2. Rinitis medikamentosa
a. Pengertian
Rhinitis
medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal
vasomotor sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes hidung
atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan
sumbatan hidung yang menetap. Dapat dikatakan hal ini
disebabkan oleh pemakaian obat yang berlebihan (Drug Abuse).
b. Gejala dan Tanda
Penderita mengeluh hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. Pada
pemeriksaan konka dengan secret hidung yang berlebihan. Apabila diuji dengan
adrenalin, adema konka tidak berkurang.
c. Terapi
1. Hentikan pemakaian obat tetes dan sempror hidung.
2. Untuk mengatasi sunbatan berulang,
beri kortikosteroit secara penurunan bertahab dengan menurunkan dosis 5 mg
setiap hari.(misalnya hari 1: 40 mg, hari 2: 35 mg dan seterusnya).
3. Obat dekongestan oral (biasanya mengandung pseudoefredin). Apabila dengan cara
ini tak ada perbaikan setelah 3 minggu pasien dirujuk ke dokter THT.
3.
Rhinitis
Atrofi
a. Pengertian
Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya atrofi progesif tulang dan mukosa konka. Secara klinis, mukosa hidung menghasilkan secret kental dan cepat mengering, sehingga terbentuk krusta berbau busuk. Sering mengenai masyarakat dengan tingkat social ekonomi lemah dan lingkungan buruk. Lebih sering mengenai wanita, terutama pada usia pubertas.
Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya atrofi progesif tulang dan mukosa konka. Secara klinis, mukosa hidung menghasilkan secret kental dan cepat mengering, sehingga terbentuk krusta berbau busuk. Sering mengenai masyarakat dengan tingkat social ekonomi lemah dan lingkungan buruk. Lebih sering mengenai wanita, terutama pada usia pubertas.
b. Etiologi
Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.
Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.
c. Tanda dan Gejala
1) Bersin berulang-ulang, terutama setelah
bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
2) Hidung
tersumbat.
3) Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung
meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi
kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi
hidung atau infeksi sinus.
4) Hidung gatal dan juga sering disertai gatal
pada mata, telinga dan tenggorok.
5) Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
d. Pathofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).
e. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi yang paling ideal adalah dengan
menghindari kontak dengan allergen penyebab
2) Pengobatan, penggunaan obat antihistamin H-1
adalah obat yang sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rhinitis alergi
atau dengan kombinasi dekongestan oral. Obat Kortikosteroid dipilih jika gejala
utama sumbatan hidung akibat repon fase lambat tidak berhasil diatasi oleh obat
lain
3) Tindakan Operasi (konkotomi) dilakukan jika
tidak berhasil dengan cara diatas
4) Penggunaan Imunoterapi.
D. Gejala
1.
Kongesti nasal
2.
Rabas nasal (purulent
dengan rhinitis bakterialis)
3.
Gatal pada nasal
4.
Bersin-bersin
5.
Sakit kepala
Gejala
yang khas untuk rinitis adalah:
1. hidung terasa gatal
2. hidung meler
3. hidung tersumbat.
Ciri khas dari rinitis
infeksiosa adalah lendir hidung yang bernanah, yang disertai dengan nyeri dan
tekanan pada wajah, penurunan fungsi indera penciuman serta batuk.
E. Diagnosa
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil tes kulit alergen yang negatif (tidak
ditemukan IgE).
F. Pengobatan
Pengobatan
rinitis non-alergika berdasarkan penyebabnya:
1. Infeksi karena virus biasanya akan membaik
dengan sendirinya dalam waktu 7-10 hari; sedangkan infeksi bakteri memerlukan
terapi antibiotik.
2. Untuk status hipotiroid perbatasan, bisa
diberikan ekstrak tiroid.
3. Rinitis karena kehamilan biasanya akan
berakhir pada saat persalinan tiba
4. Untuk
mengatasi rinitis akibat pil KB sebaiknya pemakaian pil KB dikurangi atau
diganti dengan kontrasepsi lainnya.
Obat-obatan yang bisa
diberikan untuk meringankan gejala rinitis:
1.
Obat tetes hidung yang mengandung
corticosteroid (untuk mengurangi peradangan)
2.
Obat
tetes hidung yang mengandung simpatomimetik (untuk mengurangi pembengkakan dan
penyumbatan hidung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar