PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah
proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam
medis.
Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis,
mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi.
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk
menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya adalah:
a)
Inspeksi
b)
Palpasi
c)
Perkusi
d)
Auskultasi
B.
Macam-macam
Pemeriksaan Fisik
1.
Pemeriksaan Kepala.
a.
Tujuan
·
Mengetahui
bentuk dan fungsi kepala.
·
Mengetahui
kelainan yang terdapat dikepala.
b.
Persiapan
Alat
·
Lampu.
·
Sarung
tangan ( jika diduga terdapat lesi/luka).
c. Prosedur pelaksanaan.
Inspeksi
·
Atur posisi
klien duduk atau berdiri.
·
Anjurkan
untuk melepas penutup kepala, kaca mata, dll.
·
Lakukan
inspeksi mengamati bentuk kepala, kesimetrisan dan keadaan kulit kepala.
·
Inspeksi
penyebaran, ketebalan, kebesihan dan tekstur, warna rambut.
·
Ukuran,
bentuk dan posisi kepala terhadap tubuh, Normal kepala tegak lurus dan digaris
tengah tubuh. Tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal dibagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
Palpasi
·
Atur posisi
duduk atau berdiri.
·
Anjurkan
untuk melepas penutup kepala, kaca mata.
·
Pakai
sarung tangan (terutama jika terdapat luka/lesi dikepala).
·
Lakukan
palpasi dengan gerakan memutar yang lembut menggunakan ujung jari, lakukan
mulai dari depan turun kebawah melalui garis tengah kemudian palpasi setiap
sudut garis kepala.
·
Rasakan
apakah terdapat benjolan / massa, tanda bekas luka dikepala, pembengkakan,
nyeri tekan. Jika hal itu ditemukan perhatikan berapa besrnya / luasnya,
bagaimana konsistensinya, dan dimana kedudukannya, apakah
didalam kulit, pada tulang atau dibawah kulit terlepas dari tulang.
Auskultasi
Tempatkan
diafragma stetoskop pada daerah oksipital, temporal dan orbital, lalu dengarkan
apakah ada suara bruit.
Teknik pemeriksaan
|
Kemungkinan yang
ditemukan
|
Rambut, termasuk
kuantitas, penyebaran dan tekstur.
|
Kasar dan getas pada
miksedema , halus pada hipertiroidisme.
|
Kulit kepala,
termasuk benjolan atau lesi.
|
Kista pilar,
psoriasis.
|
Tulang tengkorak,
termasuk ukuran dan kontur.
|
Hidrosefalus, lekukan
pada kulit kepala karena trauma.
|
Wajah, termasuk
simetri dan ekspresi wajah.
|
Paralisis wajah,
emosi
|
Kulit, termasuk
warna, tekstur, penyebaran rambut dan lesi.
|
Pucat, halus, tumbuh
rambut yang berlebihan
Jerawat, kanker
kulit.
|
2.
Pemeriksaan wajah
v Pemeriksaan mata
a. Tujuan.
·
Mengetahui bentuk dan
fungsi mata.
·
Mengetahui adanya
kelainan pada mata.
b. Persiapan
alat.
·
Senter kecil
·
Surat kabar / majalah
·
Kartu snellen
·
Penutup mata
·
Sarung tangan (jika
pelu )
c. Prosedur
pelaksanaan
Inspeksi
![*](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
·
Anjurkan klien melihat
lurus kedepan
·
Bandingkan mata kiri
dan kanan, inspeksi posisi dan warna kelopak mata
·
Anjurkan klien untuk
memejamkan mata
·
Amati bentuk dan
keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada pinggir kelopak mata dan catat
setiap kelainan yang ada
·
Amati pertumbuhan
rambut pada kelopak mata dan posisi bulu mata
·
Untuk inspeksi kelopak
mata bawah, minta klien untuk membuka mata. Perhatikan frekuensi refleks
berkedip mata.
![*](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
·
Anjurkan klien untuk
melihat lurus kedepan
·
Tarik kelopak mata
bagian bawahke bawah dengan menggunakan ibu jari
·
Gunakan sarung tangan
jika ada secret di tepi kelopak mata
·
Amati keadaan
konjungtiva dan kantung konjungtiva bagian bawah, catat jika terdapat infeksi,
pus atau warnanya tidak normal / anemis
·
Jika diperlukan, amati
konjungtivabagian atas, yaitu dengan membuka atau membalikkelopak mata atas
dengan posisi pemeriksa berdiri dibelakang klien
·
Amati warna sclera
ketika memeriksa konjungtiva
![*](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
·
Berdiri di sisi klien,
lalu dengan cahay tidak langsung, inspeksi kejernihan dan tekstur kornea
·
Lakukan uji
sensitivitas kornea, dengan menyentuhkan gulungan kapas seteril untuk melihat
reaksi berkedip
![*](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
·
Atur pencahayaan kamar
menjadi sedikit redup
·
Pegang kepala dan dagu
klien agar tidak bergerak-gerak
·
Inspeksi ukuran,
bentuk, keselarasan pupil, dan reaksi terhadap cahaya
·
Uji refleks pupil
terhadap cahaya:
Ø Sinari
pupil klien dengan senter dari samping
Ø Amati
mengecilnya pupil yang sedang disinari
Ø Lakukan
pada pupil yang lain
·
Periksa refleks
akomodasi:
Ø Anjurkan
klien untuk menatap suatu objek yang jauh ( dinding yang jauh ).
Ø Anjurkan
klien untuk menatap objek, pemeriksa ( jari / pensil ) yang dipegang 10cm dari
batang hidung klien.
Ø Amati
perubahan pupil dan akomodasi melalui
konstriksi saat melihat objek yang dekat
![*](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
·
Anjurkan klien untuk
melihat lurus ke depan.
·
Amati kedua bola mata
apakah diam atau nistagmus (pergerakan secara spontan ).
·
Amati bentuk, frekuensi
( cepat atau lambat ), amplitude (luas atau sempit) bola mata, jika ditemukan
nistagmus.
·
Amati apakah kedua mata
memandang lurus ke depan atau salah satu deviasi.
·
Luruskan jari telunjuk
dan dekatkan pada klien dengan jarak 15 – 30 cm.
·
Instruksikan klien agar
mengikuti gerakan jari pemeriksa ke-8 arah tatapan utama, yaitu atas dan bawah,
kanan dan kiri, diagonal ke atas dank e bawah kiri, diagonal ke atas dank e
bawah kanan.
![*](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
·
Pemeriksa berdiri di
depan klien kira – kira 60 cm.
·
Tutup mata yang tidak
di periksa (pemeriksa ataupun klien).
·
Instruksikan klien
untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik pandang.
·
Gerakkan jari pada
jarak yang sebanding dengan panjang lengan di luar lapang penglihatan.
·
Minta klien untuk
memberitahu pemeriksa jika ia melihat jari pemeriksa.
·
Perlahan tarik jari
pemeriksa mendekat. Jaga jari agar selalu tetap di tengah antara pemeriksa dank
lien.
·
Kaji mata sebelahnya.
![*](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
·
Siapkan kartu Ichihara.
·
Pastikan ruangan cukup
terang.
·
Instruksikan klien
untuk menyebutkan gambar atau angka yang ada pada kartu tersebut.
Palpasi mata
·
Anjurkan klien untuk
memejamkan mata.
·
Palpasi kedua mata
dengan jari telunjuk di atas kelopak mata sisi kiri dan sisi kanan.
·
Dengan menekan – nekan
bola mata, periksa nilai konsistensinya dan (adanya) nyeri tekan.
Auskultasi mata
·
Instruksikan klien
untuk menutup kelopak mata.
·
Letakkan bagian
diafragma stetoskop pada kelopak mata.
·
Perhatikan adanya bising.
Teknik
pemeriksaan
|
Kemungkinan
yang di temukan
|
Uji
ketajaman pandang kiri masing-masing mata.
|
Ketajaman
menghilang
|
Kaji
lapang pandang, jika ada indikasi.
|
Hemianopsia,
kelainan quadrantik
|
Inspeksi
|
|
·
Posisi dan
kesejajaran mata
|
Eksoftalmus,
strabismus
|
·
Alis mata
|
Dermatitis
seborea
|
·
Kelopak mata
|
Bintil,
kalazion, ekstropion, ptosis, xantelasma
|
·
Apparatus lakrimalis
|
Pembengkakan
sakus lakrimalis
|
·
Sklera dan
konjungtiva
|
Mata
merah, ikterik
|
·
Kornea, iris, dan
lensa
|
Opaksitas
corneal, katarak
|
Periksa pupil terhadap
|
|
·
Ukuran, bentuk, dan
simetri
|
Miosis,
midriasis, anisokor
|
·
Reaksi terhadap
cahaya, dan jika hal ini abnormal
|
Kerusakan
pada saraf ketiga paralisis
|
·
Reaksi dekat
|
Berguna
pada pupil tonik, pupil Argyll Robertson
|
Kaji otot – otot ekstraokuler dengan mengamati
|
|
·
Refleksi corneal dari
cahaya garis tengah
|
Ketidakseimbangan
muscular
|
·
Ke enam arah cardinal
kilas pandang
|
Strabismus
paralitik atau nonparalitik, nistagmus, kelambanan kelopak mata
|
·
Konvergen
|
Buruk
pada hipertiroidisme
|
Inspeksi fundi dengan sebuah optalmoskop, termasuk
|
|
·
Refleks merah
|
Katarak,
mata artificial
|
·
Diskus optikus
|
Papiledema,
glukomatosa cupping, atrofi optikus
|
·
Arteri, vena dan
persimpangan A-V
|
Perubahan
hipertensif
|
·
Perbatasan retina.
Perhatikan adanya lesi
|
Hemoragi,
eksudat, bercak katun – wol, mikroanurisme, pigmentasi
|
·
Area macular
|
Degenerasi
macular
|
·
Struktur anterior
|
Floater
vitreosa, katarak
|
v Pemeriksaan telinga.
a.
Tujuan.
Mengetahui
keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi pendengaran.
b.
Persiapan alat.
·
Arloji berjarum detik
·
Garpu tala
·
Speculum telinga
·
Lampu kepala
c.
Prosedur Pelaksanaan.
Inspeksi dan palpasi telinga luar.
·
Bantu klien dalam
posisi duduk, jika memungkinkan
·
Posisi pemeriksa
menghadap kesisi telinga yang dikaji
·
Atur pencahayaan dengan
menggunakan auroskop, lampu kepala, atau sumber cahaya lain sehingga tangan
pemeriksa bebas bekerja
·
Inspeksi telinga luar
terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene, (adanya) lensi/massa, dan
kesimetrisan. Bandingkan dengan hasil normal
·
Lakukan palpasi dengan
memegang telinga dengan menggunakan jari telunjuk dan jempol.
·
Palpasi kartilago
telinga luar secara sistematis, yaitu dari jaringan lunak kejaringan keras dan
catat jika ada nyeri
·
Lakukan penekanan pada
areatragus ke dalam dan tulang telinga dibawah daun telinga
·
Bandingkan telinga kiri
dan telinga kanan
·
Inspeksi lubang
pendengaran eksternal dengan cara berikut
Ø Pada
orang dewasa, pegang daun telinga/heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga
keatas dan kebawah sehingga lurus dan menjadi mudah diamati
Ø Pada
anak-anak, tarik daun telinga kebawah
·
Periksa adanya
peradangan, pendarahan, atau kotoran/serumen pada lubang telinga.
Pemeriksaan pendengaran
![*](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
·
Atur posisi klien
berdiri membelakangi pemeriksa pada
jarak 4-6 m.
·
Instruksikan klien
untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa
·
Bisikan suatu bilangan,
missal “tujuh enam”
·
Minta klien untuk
mengulangi bilangan yang didengar
·
Periksa telinga yang
lainya dengan cara yang sama
·
Bandingkan kemampuan
mendengar telinga kanan dan kiri klien
![*](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
·
Ciptakan suasana
ruangan yang tenang
·
Pegang arloji dan
dekatkan ke telinga klien
·
Minta klien untuk
member tahu pemeriksa jika ia mendengar detak arloji
·
Pindahkan posisi arloji
perlahan-lahan menjauhi telinga dan meminta klien untuk member tahu pemeriksa
jika ia tidak mendengar detak arloji. Normalnya, klien masih mendengar sampai
jarak 30 cm dari telinga.
![*](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Pemeriksaan
Rinne
·
Pegang garpu tala pada
tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan atau buku buku jari tangan yang
berlawanan.
·
Letakan tangkai garpu
tala pada prosesus mastoideus klien
·
Anjurkan klien untuk
member tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi
·
Angkat garpu tala dan
dengan cepat tempatkan didepan lubang
telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala paralel terhadap lubang telinga
klien.
·
Instruksikan klien
untuk member tahu apakah ia masih mendengar suara atau tidak.
·
Catat hasil pemeriksaan
pendengaran tersebut.
Pemeriksaan
weber
·
Pegang garpu tala pada
tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau bukku jari tangan yang
berlawanan.
·
Letakan tangkai garpu
tala di tengah puncak kepala klien.
·
Tanyakan pada klien
apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada
salah satu telinga.
·
Catat hasil pendengaran
pemeriksaan tersebut.
Teknik Pemeriksaan
|
Kemungkinan yang
Ditemukan
|
Daun
telinga
|
|
Lakukan Inspeksi
|
Keloid, kista
epidermoid
|
Jika Anda menduga
adanya otitis
|
|
·
Gerakan daun telinga
keatas dan kebawah, dan tekan pada tragus.
|
Menyebabkan nyeri
pada otitis eksterna.
|
·
Tekan dengan kuat di
belakang daun telinga.
|
Mungkin akan nyeri
tekan pada otitis media dan mastoiditis.
|
Lubang telinga dan
gendang telinga.
|
|
Tarik daun telinga
keatas, kebelakang dan sedikit keluar.
|
|
Inspeksi,
melalui speculum otoskop,
|
|
·
Lubang telinga
|
Serumen, otitis
eksterna
|
·
Gendang telinga
|
Otitis media akut,
otitis media serosa, timpono-sklerosis, perforasi.
|
Pendengaran
|
|
Kaji ketajaman pendengaran
terhadap bisikan atau suara pembicaraan.
|
|
Jika pendengaran
menghilang, gunakan garpu tala 512-Hz untuk
|
Uji ini membantu
membedakan antara ketulian konduksi dengan kehilangan pendengaran secara
sensorineural.
|
·
Uji lateralisasi (uji
Weber)
|
|
·
Bandingkan konduksi
udara dan konduksi tulang (uji Rinne)
|
|
v Pemeriksaan hidung.
a.
Tujuan
·
Mengetahui bentuk dan
fungsi hidung.
·
Menentukan kesimetrisan
struktur dan adanya inflamasi atau infeksi.
b.
Persiapan alat.
·
Speculum hidung.
·
Senter kecil.
·
Lampu penerangan.
·
Sarung tangan (jika
diperlukan).
c.
Prosedur pelaksanaan.
Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar.
·
Pemeriksa duduk
berhadapan dengan klien.
·
Atur penerangan.
·
Amati bentuk dan tulang
hidung bagian luar dari sisi depan,samping, dan atas.
·
Amati keadaan kulit
hidung terhadap warna dan adanya pembengkakan.
·
Amati kesimetrisan lubang hidung.
·
Observasi pengeluaran dan pelebaran nares (lubang
hidung). Jika terdapat pengeluaran (secret, darah, dll), jelasakan karakter,
jumlah dan warnanya.
·
Lakukan palpasi lembut
pada batang dan jaringan lunak hidung terhadap nyeri, massa.
·
Letakkan satu jari pada
masing-masing sisi arkus nasal dan memapalsinya dengan lembut,lalu gerakan jari
dari batang ke ujung hidung.
·
Kaji mobilitas septum
hidung.
Inspeksi hidung bagian dalam.
·
Pemeriksa duduk
berhadapan dengan klien.
·
Pasang lampu kepala.
·
Atur lampu agar dapat
secara adekuat menerangi lubang hidung.
·
Tekan hidung secara
lembut untuk mengelevasikan ujung hidung dan lakukan pengamatan bagian anterior
lubang hidung.
·
Amati posisi septum
hidung
·
Pasang ujung speculum
hidung pada lubang hidung sehingga rongga hidung dapat diamati.
·
Amati kartilago dan dinding-dinding rongga hidung serta
selaput lender pada rongga hidung (warna, sekresi, bengkak).
·
Lepas speculum secara
perlahan-lahan.
Teknik Pemeriksaan
|
Kemungkinan
yang Ditemukan
|
Inspeksi
hidung eksternal
|
|
Inspeksi,
melalui speculum,
|
|
·
Mukosa hidung yang
menutupi septum dan turbisani, perhatikan warnanya dan setiap pembengkakan
|
Pembengkakan
dan warna merah pada rintis oleh virus, bengkak dan pucat pada rintis
alergik; polip; ulkus karena penggunaan kokain.
|
·
Septum nasi terhadap
posisi dan integritas
|
Penyimpangan,
perforasi
|
Palpasi
sinus terhadap nyeri tekan:
|
Nyeri
tekan pada sinusitis akut
|
·
Frontal
|
|
·
Maksilaris
|
|
v Pemeriksaan Mulut.
a.
Tujuan
Mengetahui bentuk dan setiap kelainan
mulut.
b. Persiapan
alat
·
Senter kecil
·
Sudip lidah
·
Sarung tangan bersih
·
Kasa
c.
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi mulut
·
Atur duduk klien
berhadapan dengan pemeriksa dan tingginya sejajar.
·
Amati bibir klien untuk
mengetahui warna bibir, kesimetrisan, kelembaban, dan apakah ada kelainan
konginetal, bibir sumbing,pembengkakan, lesi, atau ulkus.
·
Instruksikan klien
untuk membuka mulut guna mengamati gigi klien.
·
Atur penerangan yang
cukup, jika diperlukan gunakan sudip lidah untuk menekan lidah sehingga gigi
akan tampak lebih jelas.
·
Amati keadaan, jumlah,
ukuran, warna, kebersihan, karies,dll.
·
Amati keadaan gusi,
(adanya) lesi, tumor, pembengkakan.
·
Observasi kebersihan
mulut dan (adanya) bau mulut/halitosis.
·
Amati lidah terhadap
kesimetrisan dengan cara meminta kilen untuk menjulurkan lidahya, lalu amati
warna, kesejajaran, atau( adanya) kelainan.
·
Amati semua bagian
mulut termasuk selaput lender mulut dengan me,eriksa warna, sekresi, (adanya)
peradangan, perdarahan, ataupun ulkus.
·
Tarik lembut bibir
kebawah menjauhi gigi dengan jari yang terpasang sarung tangan.inspeksi mukosa
terhadap warna, tekstur, hidrasi, dan lesi.
·
Beri klien kesempatan
untuk beristirahat dengan menutup mulutnya, jika ia lelah.
·
Anjurkan klien untuk
mengangkat kepala sedikit ke belakang dan membuka mulut ketika menginspeksi
faring.tekan lidah ke bawah ketika klien berkata “ah”. Amati faring terhadap kesimetrisan
ovula. Periksa tonsil apakah meradang atu tidak.
Palpasi mulut
·
Pemeriksa duduk
berhadapan dengan klien.
·
Anjurkan klien membuka
mulut, pemeriksa memakai sarung tangan.
·
Pegang pipil di antara
ibu jari dan tangan (jari telunjuk berada di dalam). Lakukan palpasi secara
sistematis dan kaji adanya tumor, pembengkakan atau adanya nyeri.
·
Palpasi dasar mulut
dengan menginstruksikan klien untuk mengatakan “el”, lalu dengan jari telunjuk
tangan kanan lakukan palpasi dasar mulut secara sitematis, sedangkan ibu jari
menekan bawah dagu untuk mempermudah palpasi.
·
Palpasi lidah dengan
menginstruksikan klien untuk menjulurkan lidah dan lidah dipegang dengan kasa
steril menggunakan tangan kiri. Lakukan palpasi lidah, terutama bagian belakang
dan batas-batas lidah dengan menggunakan jari telunjuk kanan.
Teknik Pemeriksaan
|
Kemungkinan
yang Ditemukan
|
Inspeksi
|
|
·
Bibir
|
Sionasis,
pucat, seilosis
|
·
Mukosa oral
|
Bercak
kanker
|
·
Gusi
|
Gingivitis,
penyakit periodontal
|
·
Gigi
|
Karies
dentis, ompong.
|
·
Langit-langit mulut
|
Torus
palatines
|
·
Lidah, termasuk
|
|
Papilla
|
Glositis
|
Simetris
|
Paralisis
saraf cranial ke-12
|
Lesi
|
Kanker
lidah
|
·
Dasar mulut
|
Kanker
|
·
Faring, termasuk
|
|
Warna atau eksudat
|
Faringitis
|
Simetri dari langit-langit lunak ketika pasien
mengucapkan “ah”
|
Paralisis
saraf karnial ke-10
|
v Pemeriksaan Leher.
a.
Tujuan
·
Menentukan struktur
integritas leher.
·
Mengetahui bentuk leher
serta organ yang berkaitan.
·
Memeriksa sistem
limfatik.
b. Persiapan
alat
·
Stetoskop.
c. Prosedur
pelaksanaan
Inspeksi
·
Atur pencahayaan dengan
baik.
·
Anjurkan klien untuk
melepas baju atau benda apapun yang menutupi leher.
·
Amati bentuk leher,
warna kulit, (adanya) jaringan parut, pembengkakan, (adanya) massa. Pengamatan
dilakukan secara sisitematis mulai dari garis tengah sisi depan leher, samping,
dan belakang.
·
Inspeksi tiroid dengan
menginstruksikan klien untuk menelan dan mengamati gerakan kelenjar tiroid pada
takik suprasternal. Normalnya, kelenjar tiroid tidak dapat dilihat kecuali pada
orang yang sangat kurus.
·
Minta klien untuk
memfleksikan leher dengan dagu kedada
hiperekstensikan leher sedikit kebelakang, dan gerakan menyamping ke
masing-masing sisi kemudian ke samping sehingga telingga bergerak kea rah bahu.
Hal ini dilakukan untuk menguji otot-otot sternomastoideus dan trapezius.
Palpasi
·
Untuk memeriksa nodus
limfe, buat klien santai dengan leher sedikit fleksi ke depan atau mengarah ke
sisi pemeriksa untuk merelaksasikan jaringan dan otot-otot.
·
Gunakan bantalan ketiga
jari tengah tangan dan memalpasi dengan lembut masing-masing jaringan limfe
dengan gerakan memutar.
·
Periksa setiap nodus
dengan urutan sebagai berikut
Ø Nodus
oksipital pada dasar tengkorak.
Ø Nodus
auricular posterior di atas mastoid.
Ø Nodus
preaurikular tepat di depan telinga.
Ø Nodus
tonsilar pada sudut mandibula.
Ø Nodus
submental pada garis tengah beberapa cm di belakang ujung mandibula.
Ø Nodus
sukmaksilaris pada garis tengah di belakang ujung mandibula.
Ø Nodus
servikal superficial, superficial terhadap sternomastoideus.
Ø Nodus
servikal posterior, sepanjang tepi anterior trapezius.
Ø Nodus
supraklavikula, dalam suatu sudut yang terbentuk oleh klavikula dan
sternokleidomastoideus.
· Palpasi
kelenjar tiroid, dengan cara:
Ø Letakkan
tangan pada leher klien.
Ø Palpasi
fosa suprasternal dengan jari telunjuk dan jari tengah.
Ø Instruksikan
kilen untuk minum atau menelan agar memudahkan palpasi.
Ø Jika
teraba kelenjar tiroid, pastikan bentuk, ukuran, konsistensi, dan permukaannya.
·
Palpasi trakea dengan
cara:
Ø Pemeriksa
berdiri di samping kanan klien.
Ø Letakkan
jari tengah pada bagian bawah trakea dan
raba trakea ke atas, ke bawah, dan ke samping sehingga kedudukan trakea dapat
di ketahui.
Teknik
Pemeriksaan
|
Kemungkinan
yang Ditemukan
|
Inspeksi leher
|
Jaringan
parut, massa, tortikolis
|
Palpasi kelenjar
limfe
|
Limfadenopati
servikal karena inflamsai, malignansi
|
Inspeksi
dan palpasi posisi trakea
|
Penyimpangan
trakea
|
Inspeksi kelenjar
teroid.
|
Goiter,
nodulus
|
·
Pada saat istirahat
|
|
·
Ketika pasien menelan
air
|
|
Dari belakang
pasien, palpasi kelenjar tiroid,
termasuk istimus dan lobus lateral.
|
Goiter,
nodulus, nyeri tekan tiroid
|
·
Pada saat istirahat
|
|
·
Ketika pasien menelan
air
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar